DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
DAN HADIS
(Pengertian
Dakwah dan Tantangan Dakwah)
DOSEN PEMBIMBING: Dr.Tasbig,M.Ag
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
MASTANG
KHAERUN RIJAL
JUNAETI
PMI-KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh
puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini
penulis masih mengalami hambatan, antara lain kurangnya pengetahuan dalam
penyusunan makalah dan materi yang
disajikan dalam bentuk makalah ini masih
sangat terbatas.
Dalam penyusunan makalah ini
penulis mengucapakan banyak terimkasih kepada pihak yang telah membantu
diantaranya penjaga perpustakaan yang telah mengizinkan penulis mencari
referensi dan khususnya juga kepada google/internet.
Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik ataupun saran yang membangun sangatlah penulis
harapkan demi tercapainya makalaha yang sistematis kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terimakasih dan semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran
untuk kita semua. Sekian dan terimakasih, wassalamu alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Samata, 25 September 2014
Penulis,
KELOMPOK 3
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa arab da a yad da’watan kata dakwah merupakan
bentuk masdar dari kata kerja da a, madi da’watan sebagai mudbari yang
berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, do’a dan macamnya.[1]
Dari pengertian atas,dapat di pahami
bahwa dakwah secara etimologi mencangkup seluruh aktivitas manusia yakni satu
sumber istilah di pergunakan oleh dua objek yang berbeda, yaitu satu mengajak
kepada keselamatan atau ke syurga dan satu mengajak kepada kesesatan atau
neraka. Pada kenyataanya dakwah kejalan Allah atau jalan keselamatan bahkan ini
tugas pokok bagi seorang muslim.
Pemikiran atau paradigm mengenai hakekat dakwah tidak
lagi di pahami sebagai retorika atau tabligh semata,tetapi di pahami sebagai
pembudayaan nilai-nilai Islam,dan usaha membangun dan mewujudka sistem Islam
dalam realitas kehidupan secara global.
Dari
segi terminology, dakwah lebih di pahami sebagai usaha dan ajakan untuk membawa
manusia kejalan Allah.
B. Tafsiran
Qs.36:30 dan Qs.28:56
¸ouŽô£ys»tƒ ’n?tã ÏŠ$t6Ïèø9$# 4 $tB OÎgŠÏ?ù'tƒ `ÏiB @Aqß™§‘ žwÎ) (#qçR%x. ¾ÏmÎ/ tbrâäÌ“öktJó¡o„ ÇÌÉÈ
Artinya: Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun
kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.(Qs.36:30)
Tafsiranya: Dari
ayat di atas kita dapat menguraikan kesudahan para pembangkan, maka sangat
wajar jiaka siapapun merasa ibah dan menyesal mendengar keadaan mereka yang
sebenarnya jika mereka mau mengikuti nasehat dan beriman tentulah mereka dapata
terhindar. Ayat di atas menyatakan: Alangkah besarnya penyesalan terhadap
hamba-hamba itu. Dan siapa pun yang seperti mereka. Keburukan utama mereka
adalah tidak datang kepada mereka seorang rasulpun atau pemberi peringatan dan
nasehat melainkan mereka selalu enggan
percaya bahkan berolok-olok.[2]
Kebatilan akan
menyedihkan akibatnya. Penghinaan dan pendustaan yang mereka lakukan kepada
para rasul sangat mahal harganya. Beratnya hukuman bergantung pada besarnya
dosa. Karena itu, Allah Swt berfirman:’’Alangkah besarnya penyesalan
hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka
memperolok olokkan.[3]
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِي
لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ ثُمَّ قَرَأَ وَكَذَلِكَ أَخْذُ
رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ.
Dari Abu
Musa RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Sesungguhnya
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat
zhalim. Apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya.'
Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi, "Begitulah adzab
Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.
Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras. " (Qs. Huud (11):
102). {Muslim 8/19}
y7¨RÎ) Ÿw
“ωöksE ô`tB
|Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur
©!$# “ωöku‰
`tB âä!$t±o„
4 uqèdur
ãNn=÷ær& šúïωtFôgßJø9$$Î/
ÇÎÏÈ
Artinya:Sesungguhnya kamu (Muhammad)
tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.(Qs.28:56)
Tafsiranya: Ketika islam mulai menyebar ke Asia Barat dan
Afrika Utara, di sana penuh dengan Ahli
Kitab dibawah naungan pemerintahan Romawi. Mereka lalu masuk Islam setelah
mereka mengenalnya dan merasa yakin dengan kebenaranya.
Sedang para penyembah berhala di kawasan Arab,
maka pada awalnya mereka telah menghalangi jalan Allah dan mengumandangkan
peran hebat melawan Agama baru itu. Rasulullah SAW merasa terpukul dengan sikap
ini, lalu Allah berfirman kepada beliau: “Sesungguhnya Engkau Muhammad tidak
dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau kasihi, tetapi Allah menunjuki
siapa yang di Kehendaki-Nya. Dan Dia lebih mengetaui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.
Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu
thalib yang Nabi SAW sangat mendambakan ia masuk Islam. Ia tahu kebenaran
keponakanya, namun kecocokannya dengan tradisi yang sudah mengakar membuatnya
tidak mau masuk Islam.
Ia berkata:
Aku
sungguh tahu Agama Muhammad,
Agama
tebaik Manusia,
Andai
tidak ada celaan dan cacian,
Niscaya
kau kan mendapatiku memeluk Agam islam![4]
Dari pembahasan Al-qur’an dan hadis di atas kembali kepada
dakwah itu sendiri. Dakwah pada
hakekatnya adalah upayah untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan
menyeruh seseorang kepada Agama Islam. Maknanya adalah anda berupaya untuk
menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan kepada apa yang anda serukan, yakni
Islam.
C. Pentingya
Dakwah
Menyeruh manusia ke jalan Allah Swt
merupakan kewajiban, sekaligus ibadah yang bisa mengantarkan pelakunya untuk
dekat dengan Tuhannya. Yang demikian ini bukanlah suatu hal yang mudah
sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah saja sulit untuk mendakwahi orang
terkasihnya. Namun Rasulullah tetap bersemangat untuk mengajak
saudara-saudaranya, sahabatnya, dan kaumnya untuk memeluk agama Islam. Dan itu
semua adalah petunjuk yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang dia
kehendaki.
Ø
Untuk
memelihara dan mengembalikan martabat manusia
Dakwah adalah upaya para Da’i agar manusia tetap menjadi makhluk yang
baik, bersedia mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam,
sehingga hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi, harmonis,
sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat terbebas dari siksaan api
neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang di janjikan.
Dakwah adalah upaya para Da’i agar manusia tetap menjadi makhluk yang
baik, bersedia mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam,
sehingga hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi, harmonis,
sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat terbebas dari siksaan api
neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang di janjikan.
Ø
Untuk membina
akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan
Dakwah juga penting dan sangat di perlukan oleh manusia karena tanpanya
manusia akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas
kemanusiaannya merosot. Akibatnya manusia akan kehilangan akhlak seperti
nuraninya tertutup, egois, rakus, liar, akan saling menindas, saling
“memakan” atau saling membuka “memeras”, bahwa manusia sebagai makhluk
perusak di bumi dan penumpah darah (Yasfikuddima) akan menjadi kenyataan.
Dakwah juga penting dan sangat di perlukan oleh manusia karena tanpanya
manusia akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas
kemanusiaannya merosot. Akibatnya manusia akan kehilangan akhlak seperti
nuraninya tertutup, egois, rakus, liar, akan saling menindas, saling
“memakan” atau saling membuka “memeras”, bahwa manusia sebagai makhluk
perusak di bumi dan penumpah darah (Yasfikuddima) akan menjadi kenyataan.
Walhasil, dakwah
islam merupakan aktivitas yang diwariskan Nabi Saw kepada Ummatnya. Kita tentu
harus menjaga dan memeliharanya jika kita memang ingin memnjaga keberlangsungan
islam di tengah-tengah kita.[5]
E. Tantangan-Tantangan Dakwah masa kini
Ada
tiga tantangan dakwah yang dihadapi umat Islam di, dan gerakan nativisasi:
Ø Pemurtadan
telah dilakukan sekelompok orang-orang yang tidak senang terhadap kemajuan
Islam dan mengajari umat Islam dengan sesuatu yang menyimpang. Gerakan ini
umumnya dilakukan pada masyarakat yang ada pada garis kemiskinan.
Ø Sekularisasi,
lanjutnya, biasa dilakukan dengan pemahaman keagamaan yang seolah-olah
dilaksanakan oleh sebuah gerakan keagamaan. Gerakan ini umumnya dilakukan
melalui gerakan pemikiran.
Ø Nativisasi yang
dirancang secara terorganisasi. Kegiatan ini biasanya melakukan koalisi dengan
kelompok lain yang tidak senang pada Islam.
Ditegaskannya,
ketiga tantangan tersebut harus direspons dengan cerdas dan bijaksana.
”Tantangan tersebut tidak boleh membuat kita loyo, tetapi kita harus bersemangat
menghadapinya agar umat Islam tidak diselewengkan, apalagi sampai dimur Saat
ini, gerakan itu makin tampak dengan gerakan pembaruan pemikiran Islam, seperti
sekularisasi dan liberalisasi. ”Liberalisasi pemikiran Islam telah menemukan
medan kondusif karena didukung secara besar-besaran oleh negara-negara Barat.
Sekularisasi dan liberalisasi Islam juga dilakukan secara besar-besaran di 500
perguruan tinggi Islam (PTI) di Indonesia.
Menurutnya,
berbagai perdebatan seputar hubungan agama dan negara di Indonesia dan
diskursus tentang Islam dan sekularisme dalam sejarah Indonesia harusnya
menjadi bahan evaluasi bagi umat.
Tantangan
terberat saat ini adalah gerakan liberalisasi Islam. Gerakan ini didukung
kekuatan-kekuatan global yang masih memendam sikap Islamofobia dengan
menyebarkan paham pluralisme agama, kesetaraan gender, dan gerakan liberalisasi
lainnya yang berusaha meruntuhkan fondasi Islam dengan mendangkalkan akidah
Islam dan merombak tatanan keluarga dan sistem sosial Islam.
F. Solusi Menghadapi tantangan Dakwah
Pertama, perlu ada
pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru – juru dakwah dengan pembagian
kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah,
melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu – ilmu teknologi
informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap
organisasi Islam yang berminat dalam tugas – tugas dakwah perlu membangun
laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah –
masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah
tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas
dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah
(dalam arti politik) biliqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang
jelas, actions, speak louder than word.
Keempat, media massa
cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media
elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh
umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan – pesan
agama lain dan sepi dari pesan – pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti
ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut
remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak – anak dan para
remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari
pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai – nilai non islami ke dalam
jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak – anak dan remaja kita
memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi
dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap
ceria. Menyimak uraian – uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan
tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin
berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika
dakwah kita masa kini.
Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali
dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga – tenaga
berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Mengingat potensi umat
Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir
segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba
memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam
penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif,
dan produktid dalam penggunaanya.
G. Kesimpulan
Dari sini dapat di
kita pahami, bahwa dakwah islam adalah laksana air dengan orang yang
mengalirkanya. Air sebagaimana di ketahui dapat mengalir, memberi minum, dan
memberi kebajikan bagi umat manusia. Akan tetapi, ia butuh manusia yang
mengalihkanya. Demikian pula Islam sebagai agama yang benar dan merupakan
representasi kehidupan yang sahih; ia membutuhkan orang yang “mengalirkanya”,
yakni mengalirkan kebaikannya agar umat manusia yang seluruhnya-yang memang
mengharapkan keridhaan Allah-bisa teraliri, dapat merasakannya, dan mendapatkan
petunjuknya.
Dari sini pula,
kita melihat secara jelas adanya hubungan yang erat antara Islam dan upayah
untuk mendakwahkannya. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang
dinamis dalam Islam. Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam akan menjamin
adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri. Artinya, usia dakwah sangat
menentukan usia Islam; yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi
ini dan para penghuninya untuk Islam. Oleh karena itu, dakwah Islam harus terus
disosialisasikan di tengah-tengah umat Islam, dan wajib dijadikan sebagai
prioritas dalam pikiran kita. Sebaliknya umat Islam wajib mengorbankan waktu,
tenaga, harta,dan bahkan jiwanya, serta mengarahkan segenap kesungguhannya demi
keberlangsungan dakwah Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam. Bogor:
pustaka Thariqul izzah.2006
Amin,Muliaty. Pengantar Ilmu Dakwah.
Makassar pustaka: UIN Alauddin pers.2009
http://dwi1994.wordpress.com/2011/03/24/tiga-tantangan-dakwah-islam-masa-kini/
http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-metode-dakwah-solusi-untuk-menghadapi-problematika-dakwah-masa-kini-kontemporer/
[1]
Lihat Ibnu Faris,Muqayyis al Lugah,
Jilid 1,(ce.II, Bairut: Dar al Qutub Al Ilmiyah, 1999),
h.409. Lihat Ibnu Manzur, Lisanul al Arab, Jilid III, (Qairo: Dar
al Hadis,2003), h.366-380.
[2]
Shihab,M.Quraish Tafsir Al mishbah pesan kesan dan keserasian Al-qur’an,
Jakarta: lentera hati 2002 hal.517
[3]
Muhmmad Ghazali,tafsir Tematik Dalam Al-qur’an,Jakarta:Gaya media Pertama,2004
hal.415
[4]
Muhmmad Ghazali,tafsir Tematik Dalam Al-qur’an,Jakarta:Gaya media Pertama,2004
hal.365
[5]
Mahmud ,Ahmad Dakwah Islam, Bogor:Pustaka Thariqul Izzah,2006 hal.13-15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar