Jumat, 09 Oktober 2015

DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIS (Pengertian Dakwah dan Tantangan Dakwah)

DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIS
(Pengertian Dakwah dan Tantangan Dakwah)






DOSEN PEMBIMBING: Dr.Tasbig,M.Ag
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

MASTANG
KHAERUN RIJAL
JUNAETI

PMI-KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015/2016



KATA PENGANTAR


 Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
            Dalam penyusunan makalah ini penulis masih mengalami hambatan, antara lain kurangnya pengetahuan dalam penyusunan makalah dan  materi yang disajikan dalam bentuk  makalah ini masih sangat terbatas.
            Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapakan banyak terimkasih kepada pihak yang telah membantu diantaranya penjaga perpustakaan yang telah mengizinkan penulis mencari referensi dan khususnya juga kepada google/internet.
            Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik ataupun saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi tercapainya makalaha yang sistematis kedepannya.
           Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk kita semua. Sekian dan terimakasih, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



                                                                                    Samata,  25 September 2014
                                                                                   
                                                                                    Penulis,
                                                                                    KELOMPOK 3



BAB I
PEMBAHASAN
                                                                                                                    
A.    Pengertian Dakwah


          Kata dakwah berasal dari bahasa arab da a yad da’watan kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata kerja da a, madi da’watan sebagai mudbari yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, do’a dan macamnya.[1]
           Dari pengertian atas,dapat di pahami bahwa dakwah secara etimologi mencangkup seluruh aktivitas manusia yakni satu sumber istilah di pergunakan oleh dua objek yang berbeda, yaitu satu mengajak kepada keselamatan atau ke syurga dan satu mengajak kepada kesesatan atau neraka. Pada kenyataanya dakwah kejalan Allah atau jalan keselamatan bahkan ini tugas pokok bagi seorang muslim.
Pemikiran  atau paradigm mengenai hakekat dakwah tidak lagi di pahami sebagai retorika atau tabligh semata,tetapi di pahami sebagai pembudayaan nilai-nilai Islam,dan usaha membangun dan mewujudka sistem Islam dalam realitas kehidupan secara global.
Dari segi terminology, dakwah lebih di pahami sebagai usaha dan ajakan untuk membawa manusia kejalan Allah.

B.     Tafsiran Qs.36:30 dan Qs.28:56


¸ouŽô£ys»tƒ           n?tã ÏŠ$t6Ïèø9$# 4 $tB OÎgŠÏ?ù'tƒ `ÏiB @Aqߧ žwÎ) (#qçR%x. ¾ÏmÎ/ tbrâäÌöktJó¡o ÇÌÉÈ
            Artinya: Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.(Qs.36:30)
 
           Tafsiranya: Dari ayat di atas kita dapat menguraikan kesudahan para pembangkan, maka sangat wajar jiaka siapapun merasa ibah dan menyesal mendengar keadaan mereka yang sebenarnya jika mereka mau mengikuti nasehat dan beriman tentulah mereka dapata terhindar. Ayat di atas menyatakan: Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu. Dan siapa pun yang seperti mereka. Keburukan utama mereka adalah tidak datang kepada mereka seorang rasulpun atau pemberi peringatan dan nasehat  melainkan mereka selalu enggan percaya bahkan berolok-olok.[2]
            Kebatilan akan menyedihkan akibatnya. Penghinaan dan pendustaan yang mereka lakukan kepada para rasul sangat mahal harganya. Beratnya hukuman bergantung pada besarnya dosa. Karena itu, Allah Swt berfirman:’’Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka memperolok olokkan.[3]

عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ ثُمَّ قَرَأَ وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ.
Dari Abu Musa RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zhalim. Apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya.' Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi, "Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras. " (Qs. Huud (11): 102). {Muslim 8/19}
y7¨RÎ) Ÿw ÏöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# Ïöku `tB âä!$t±o 4 uqèdur ãNn=÷ær& šúïÏtFôgßJø9$$Î/ ÇÎÏÈ
Artinya:Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(Qs.28:56)

            Tafsiranya: Ketika islam mulai menyebar ke Asia Barat dan Afrika Utara, di  sana penuh dengan Ahli Kitab dibawah naungan pemerintahan Romawi. Mereka lalu masuk Islam setelah mereka mengenalnya dan merasa yakin dengan kebenaranya.
             Sedang para penyembah berhala di kawasan Arab, maka pada awalnya mereka telah menghalangi jalan Allah dan mengumandangkan peran hebat melawan Agama baru itu. Rasulullah SAW merasa terpukul dengan sikap ini, lalu Allah berfirman kepada beliau: “Sesungguhnya Engkau Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau kasihi, tetapi Allah menunjuki siapa yang di Kehendaki-Nya. Dan Dia lebih mengetaui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu thalib yang Nabi SAW sangat mendambakan ia masuk Islam. Ia tahu kebenaran keponakanya, namun kecocokannya dengan tradisi yang sudah mengakar membuatnya tidak mau masuk Islam.




 Ia berkata:
Aku sungguh tahu Agama Muhammad,
Agama tebaik Manusia,
Andai tidak ada celaan dan cacian,
Niscaya kau kan mendapatiku memeluk Agam islam![4]
            Dari pembahasan Al-qur’an dan hadis di atas kembali kepada dakwah itu     sendiri. Dakwah pada hakekatnya adalah upayah untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan menyeruh seseorang kepada Agama Islam. Maknanya adalah anda berupaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan kepada apa yang anda serukan, yakni Islam.

C. Pentingya Dakwah


Menyeruh manusia ke jalan Allah Swt merupakan kewajiban, sekaligus ibadah yang bisa mengantarkan pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya. Yang demikian ini bukanlah suatu hal yang mudah sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah saja sulit untuk mendakwahi orang terkasihnya. Namun Rasulullah tetap bersemangat untuk mengajak saudara-saudaranya, sahabatnya, dan kaumnya untuk memeluk agama Islam. Dan itu semua adalah petunjuk yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang dia kehendaki.
Ø  Untuk memelihara dan mengembalikan martabat manusia
Dakwah adalah upaya para Da’i agar manusia tetap menjadi makhluk yang
baik, bersedia mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam,
sehingga hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi, harmonis,
sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat terbebas dari siksaan api
neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang di janjikan.
Ø  Untuk membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan
Dakwah juga penting dan sangat di perlukan oleh manusia karena tanpanya
manusia akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas
kemanusiaannya merosot. Akibatnya manusia akan kehilangan akhlak seperti
nuraninya tertutup, egois, rakus, liar, akan saling menindas, saling
“memakan” atau saling membuka “memeras”, bahwa manusia sebagai makhluk
perusak di bumi dan penumpah darah (Yasfikuddima) akan menjadi kenyataan.

            Walhasil, dakwah islam merupakan aktivitas yang diwariskan Nabi Saw kepada Ummatnya. Kita tentu harus menjaga dan memeliharanya jika kita memang ingin memnjaga keberlangsungan islam di tengah-tengah kita.[5]

E. Tantangan-Tantangan Dakwah masa kini


            Ada tiga tantangan dakwah yang dihadapi umat Islam di, dan gerakan       nativisasi:
Ø  Pemurtadan telah dilakukan sekelompok orang-orang yang tidak senang terhadap kemajuan Islam dan mengajari umat Islam dengan sesuatu yang menyimpang. Gerakan ini umumnya dilakukan pada masyarakat yang ada pada garis kemiskinan.
Ø  Sekularisasi, lanjutnya, biasa dilakukan dengan pemahaman keagamaan yang seolah-olah dilaksanakan oleh sebuah gerakan keagamaan. Gerakan ini umumnya dilakukan melalui gerakan pemikiran.
Ø  Nativisasi yang dirancang secara terorganisasi. Kegiatan ini biasanya melakukan koalisi dengan kelompok lain yang tidak senang pada Islam.
            Ditegaskannya, ketiga tantangan tersebut harus direspons dengan cerdas dan bijaksana. ”Tantangan tersebut tidak boleh membuat kita loyo, tetapi kita harus bersemangat menghadapinya agar umat Islam tidak diselewengkan, apalagi sampai dimur Saat ini, gerakan itu makin tampak dengan gerakan pembaruan pemikiran Islam, seperti sekularisasi dan liberalisasi. ”Liberalisasi pemikiran Islam telah menemukan medan kondusif karena didukung secara besar-besaran oleh negara-negara Barat. Sekularisasi dan liberalisasi Islam juga dilakukan secara besar-besaran di 500 perguruan tinggi Islam (PTI) di Indonesia.
            Menurutnya, berbagai perdebatan seputar hubungan agama dan negara di Indonesia dan diskursus tentang Islam dan sekularisme dalam sejarah Indonesia harusnya menjadi bahan evaluasi bagi umat.
            Tantangan terberat saat ini adalah gerakan liberalisasi Islam. Gerakan ini didukung kekuatan-kekuatan global yang masih memendam sikap Islamofobia dengan menyebarkan paham pluralisme agama, kesetaraan gender, dan gerakan liberalisasi lainnya yang berusaha meruntuhkan fondasi Islam dengan mendangkalkan akidah Islam dan merombak tatanan keluarga dan sistem sosial Islam.

F. Solusi Menghadapi tantangan Dakwah


            Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru – juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu – ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
            Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas – tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah – masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
            Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik) biliqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
            Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang  juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan – pesan agama lain dan sepi dari pesan – pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
            Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak – anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai – nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak – anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria. Menyimak uraian – uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini.
Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga – tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
        
G. Kesimpulan


            Dari sini dapat di kita pahami, bahwa dakwah islam adalah laksana air dengan orang yang mengalirkanya. Air sebagaimana di ketahui dapat mengalir, memberi minum, dan memberi kebajikan bagi umat manusia. Akan tetapi, ia butuh manusia yang mengalihkanya. Demikian pula Islam sebagai agama yang benar dan merupakan representasi kehidupan yang sahih; ia membutuhkan orang yang “mengalirkanya”, yakni mengalirkan kebaikannya agar umat manusia yang seluruhnya-yang memang mengharapkan keridhaan Allah-bisa teraliri, dapat merasakannya, dan mendapatkan petunjuknya.
            Dari sini pula, kita melihat secara jelas adanya hubungan yang erat antara Islam dan upayah untuk mendakwahkannya. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang dinamis dalam Islam. Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam akan menjamin adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri. Artinya, usia dakwah sangat menentukan usia Islam; yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi ini dan para penghuninya untuk Islam. Oleh karena itu, dakwah Islam harus terus disosialisasikan di tengah-tengah umat Islam, dan wajib dijadikan sebagai prioritas dalam pikiran kita. Sebaliknya umat Islam wajib mengorbankan waktu, tenaga, harta,dan bahkan jiwanya, serta mengarahkan segenap kesungguhannya demi keberlangsungan dakwah Islam.  





DAFTAR PUSTAKA

Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam. Bogor: pustaka  Thariqul izzah.2006

Amin,Muliaty. Pengantar Ilmu Dakwah. Makassar pustaka: UIN Alauddin pers.2009

http://dwi1994.wordpress.com/2011/03/24/tiga-tantangan-dakwah-islam-masa-kini/

http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-metode-dakwah-solusi-untuk-menghadapi-problematika-dakwah-masa-kini-kontemporer/








[1] Lihat Ibnu Faris,Muqayyis al Lugah, Jilid 1,(ce.II, Bairut: Dar al Qutub Al Ilmiyah, 1999),
h.409. Lihat Ibnu Manzur, Lisanul al Arab, Jilid III, (Qairo: Dar al Hadis,2003), h.366-380.
[2] Shihab,M.Quraish Tafsir Al mishbah pesan kesan dan keserasian Al-qur’an, Jakarta: lentera hati 2002 hal.517
[3] Muhmmad Ghazali,tafsir Tematik Dalam Al-qur’an,Jakarta:Gaya media Pertama,2004 hal.415
[4] Muhmmad Ghazali,tafsir Tematik Dalam Al-qur’an,Jakarta:Gaya media Pertama,2004 hal.365
[5] Mahmud ,Ahmad Dakwah Islam, Bogor:Pustaka Thariqul Izzah,2006 hal.13-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar