Kamis, 15 Oktober 2015

puisi DUA WARNA (BIRU KUNING)


DUA WARNA (Biru Kuning)

Kawan…
Engkau datang jauh dari sana, aku datang dari pulau seberang
Disini kita semua bertemu, namun tak lama lagi kita sudah tak jumpa….
Lantas apa yang bisa kita perbuat untuk dua warna ini.
Karena dua warna adalah anugerah…
Bukan benalu yang menjadi tua.
Dua warna adalah istana…
Bukan tempatnya orang – orang yang kecewa.
Dan dua warna adalah wadah…
Dimana warnaku dan warnamu bisa bersatu rupa…
Gampangnya dua warna ini bisa, bisa runtuh tanpa satu ikatan rasa.
Amati dan renungkan wahai sahabatku…
Kumpulan bunga teratai yang biasa engkau jumpai dimanapun itu.
Renungkan….
Bagaimana mereka berguna dalam air dan daratan, walau pesona tak menjadi pendapatan.
Renungkan….
Bagaimana mereka menjadi kebutuhan, tatkala ikan lelah mencari naungan.
Tidak selamanya indah fisik itu menjadi acuan…
Tidak benar juga, jika teratai itu ndak punya harapan…
Belajarlah bersyukur wahai kawanku, wahai saudaraku,wahai sahabatku
Belajarlah LILLAHITAALLAH.
Tuhan memang tak mejanjikan, selalu memberi apa – apa yang kita minta,
Tapi yakinlah, bahwa tuhan memberi apa yang pantas dan di butuhkan hambanya.
Saya ajak kalian bercanda dan tertawa…
Namun kali ini saya berharap kalian menangis lalu berbuat.
Sejenak bersama….
Hentikan langkah, hentikan kegaduhan.
Mari bermurakabah (instropeksi) terhadap pribadi masing – masing,
Sudahkah mulia kita ini punya tujuan..
Sudahkah kita ini bertuhan yang tunggal, dalam kenyataan…
Dan sudahkah kita ini berniatan, dalam tataran kebaikan…
Lihat lebih dalam, lihat lebih jauh..
Benarkah kita telah tasamuh (toleran) terhadap sesama,
Benarkah kita telah mujaddah (bersungguh – sungguh) dalam konteks ibadah.
Maka dari itu, kembali amati dan renungkan…
Tak ada salahnya, barang satu, dua menit kita mencoba.
Demikianlah wahai kawanku wahai saudaraku,wahai sahabatku
Kurang atau lebihnya diriku adalah kalian yang menilai..
Karna aku gak butuh akreditasi dari mereka yang gak mau.
Dan camkanlah, cukup Allah SWT sebagai penolong kita…
Dan umatnya Muhammad SAW yang jadi harga pertukarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar